
Penulis: Yann Martel
Harga: Rp55,000,-
Dimensi: 135mm x 200mm
Halaman: 448 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Desember 2004
Kategori: Kisah nyata
sinopsis:
Pada tanggal 21 Juni 1977, kapal barang Tsimtsum berlayar dari Madras menuju Canada. Pada tanggal Juli, kapal itu tenggelam di Samudra Pasific. Hanya satu sekoci berhasil diturunkan, membawa penumpang seekor hyena, seekor zebra yang kakinya patah, seekor orang-utan betina, seekor harimau Royal Bengal seberat 225 kg, dan PI - anak lelaki India berusia 16 tahun.
Selama lebih dari tujuh bulan sekoci itu terombang-ambing di Samudra Pasific yang biru dan ganas. Di Samudra inilah sebagian Kisah Pi berlangsung. Kisah yang luar biasa, penuh keajaiban, dan seperti ucapan salah satu tokoh di dalamnya, kisah ini akan membuat orang percaya pada Tuhan.
Selama lebih dari tujuh bulan sekoci itu terombang-ambing di Samudra Pasific yang biru dan ganas. Di Samudra inilah sebagian Kisah Pi berlangsung. Kisah yang luar biasa, penuh keajaiban, dan seperti ucapan salah satu tokoh di dalamnya, kisah ini akan membuat orang percaya pada Tuhan.
Sebuah kisah yang mendebarkan. Memang agak terlambat, pertama kali terbit tahun 2004 dan saya baru membacanya sekarang! Fiuuh... wajar sih, tahun 2004 dan sebelum-sebelum ini saya memang sedang fokus ke komik :P
Awal novel mengetengahkan kebuntuan pengarang yang kemudian membawanya melintasi benua ke India. Di situ ia mendapatkan awal kisah Pi. Betapa menakjubkan mendapati bagaimana manusia dapat bertahan hidup (catat: semangat lebih penting dari sekedar makan/minum). Banyak (kalau tidak bisa saya bilang beberapa) dari kalimat-kalimat dalam buku ini yang ingin saya quote, tapi itu nanti saja saya tambahkan setelah saya memiliki waktu luang.
Yang pasti menohok adalah konsep di mana manusia selama ini terlalu sibuk membela Tuhan dan lalai membela sesamanya dan makhluk lainnya, sementara Tuhan yang adikuasa ini, kalau boleh jujur, tidak membutuhkan pembelaan kita. Setidaknya, tidak dalam cara-cara yang selama ini kita yakini. Konsep lain adalah mengenai agama dan kerinduan dan kecintaan akan Tuhan. Adakah batasan mengenai bagaimana kita harus mengungkapkan rasa kasih kita terhadap Tuhan? Apakah kita tidak dapat kembali ke hati kanak-kanak kita, yang murni mengasihi Tuhan tanpa batasan-batasan buatan manusia? Mampukah orang-orang dewasa menyelami kerinduan seorang manusia dalam mencari Tuhan sebagaimana Ia adanya, bukan sebagaimana dikatakan oleh orang lain? Perlukah pertengkaran antar agama terus berlanjut? Apakah hal itu kebodohan, kebijaksanaan, atau keharusan? Setiap orang punya jawabannya masing-masing: Pi Patel, saya, dan Anda.
Bagaimana seorang anak manusia dapat bertahan hidup di sebuah sekoci bersama seekor hyena, seekor zebra grant, seekor orangutan, dan seekor harimau royal bengal (yang bobotnya 225kg) di tengah samudera luas, dalam, dan mengandung bahaya (ikan hiu, ikan paus, dan lain-lain). Naluri? Semangat hidup? Pengetahuan? Keadaan? Akal? Tujuan? Iman?
Awal novel mengetengahkan kebuntuan pengarang yang kemudian membawanya melintasi benua ke India. Di situ ia mendapatkan awal kisah Pi. Betapa menakjubkan mendapati bagaimana manusia dapat bertahan hidup (catat: semangat lebih penting dari sekedar makan/minum). Banyak (kalau tidak bisa saya bilang beberapa) dari kalimat-kalimat dalam buku ini yang ingin saya quote, tapi itu nanti saja saya tambahkan setelah saya memiliki waktu luang.
Yang pasti menohok adalah konsep di mana manusia selama ini terlalu sibuk membela Tuhan dan lalai membela sesamanya dan makhluk lainnya, sementara Tuhan yang adikuasa ini, kalau boleh jujur, tidak membutuhkan pembelaan kita. Setidaknya, tidak dalam cara-cara yang selama ini kita yakini. Konsep lain adalah mengenai agama dan kerinduan dan kecintaan akan Tuhan. Adakah batasan mengenai bagaimana kita harus mengungkapkan rasa kasih kita terhadap Tuhan? Apakah kita tidak dapat kembali ke hati kanak-kanak kita, yang murni mengasihi Tuhan tanpa batasan-batasan buatan manusia? Mampukah orang-orang dewasa menyelami kerinduan seorang manusia dalam mencari Tuhan sebagaimana Ia adanya, bukan sebagaimana dikatakan oleh orang lain? Perlukah pertengkaran antar agama terus berlanjut? Apakah hal itu kebodohan, kebijaksanaan, atau keharusan? Setiap orang punya jawabannya masing-masing: Pi Patel, saya, dan Anda.
Bagaimana seorang anak manusia dapat bertahan hidup di sebuah sekoci bersama seekor hyena, seekor zebra grant, seekor orangutan, dan seekor harimau royal bengal (yang bobotnya 225kg) di tengah samudera luas, dalam, dan mengandung bahaya (ikan hiu, ikan paus, dan lain-lain). Naluri? Semangat hidup? Pengetahuan? Keadaan? Akal? Tujuan? Iman?
Hanya Pi Patel, sang pengarang, dan pembaca lah yang mungkin mengetahuinya. (tentu saja beserta orang-orang yang telah mengalami pengalaman serupa namun tak sama dengan yang dialami Pi Patel). Maka, saya sarankan mulailah cari buku ini di toko-toko buku terdekat sebelum kehabisan (saya juga sempat kehabisan, untung dicetak ulang lagi dan lagi), kalau perlu, hubungi saudara/relasi Anda di kota tetangga untuk mendapatkan buku ini. Setelah mendapatkannya, mulailah membacanya dan dalami sendiri makna, moral, dan pengetahuan yang mungkin dapat kita peroleh dari pengalaman Pi Patel ini. (tidak setiap pembaca akan memaknai suatu buku secara sama dengan pembaca yang lain kan? maka dari itu, galilah pemaknaan Anda sendiri dan ijinkan saya mengetahuinya) :)
No comments:
Post a Comment